Bukan Berarti Menyerah
Sejak hari itu, benteng kokoh ku bangun dihatiku. Bukan, bukan untuk menahan segala sakit karena tidak dicintai lagi. Jelas bukan itu, sejak awal, ketika pertama kali kurasakan sesuatu yang lain dihatiku, aku bahkan lupa kapan itu terjadi, tapi aku ingat betul saat itu hari hari ku dipenuhi hal-hal bodoh, kadang aku tertawa, menangis dan marah untuk sesuatu yang tak aku mengerti, hingga akhirnya aku tahu, aku telah jatuh cinta. Tentang jatuh cinta, tak perlu aku jelaskan, hal seperti itu akan membuat seseorang menjadi penguntit nomer 1, iya, membuat ingin tahu segalanya, juga tentang perasaannya.
Seperti kukatakan, aku takkan menyerah hanya karena kesakitan, apatalagi bersikap kekanak-kanakan dengan cara menghindar. Karena tentang rasa sakit, aku sudah terlalu terbiasa untuk menjadikannya alasan, sebab jauh sebelum akhirnya dia memutuskan memilih yang lain, aku tlah banyak belajar dan mengenal luka. Bagaimana merasakan sakitnya rindu pada seseorang yang bahkan tak mengetahui kau mencintainya, menangis dan marah ketika bahkan yang dirindukan tak melakukan salah. Hingga ketika rindu tak terbendung akhirnya kau melepas dinding bernama harga diri hanya untuk mengatakan kau mencintainya, pun bagaimana letihnya merasakan hari-hari dalam ketidakpastian cinta, menahan rasa rindu yang begitu melukai pada seseorang yang katanya mencintaimu, lalu terus menunggu dalam pedihnya pengabaian-pengabaian. Lantas bagaimana akan mengatakan bahwa aku menjauh karena begitu telah terluka oleh pencampakan, oh tentu saja lagi-lagi kukatakan rasa sakit bukanlah alasan mengapa ku putuskan menghindar.
Menyerah untuk orang yang aku cintai? Membenci karena dicampakkan? Tentu, dua hal tentangnya yang tak ada dalam kamusku. Namun jika benar, kini aku nampak menyerah. Bolehkah kukatakan kebenarannya? Iya, aku tak pernah menyerah, walau bahkan aku telah memasang benteng setinggi apapun dihati. karena faktanya, aku semakin mencintainya, hanya saja kini caraku mencintainya telah berbeda, jika dulu aku mengikatnya dengan kuat, maka kini aku harus membebaskannya. Hal apapun itu kecuali dalam kontes aqidah akan aku lalui dan takkan pernah menyerah untuk memperjuangkan perasaanku. Tapi satu hal yang tak bisa kupaksakan, tak bisa kutahan dan kucegah, meski dalam hukum alam aku bisa saja melakukannya. Satu hal itu adalah — memintanya tak berhenti mencintaiku — Jadi, siapapun ahh atau hai kau pradugaku, jangan berfikir aku menghindarnya karena alasan kebencian — sebab bagaimana bisa aku membencinya sedang cintaku terus mendoakan kebahagiaannya, memohonkannya ditiap sujud2ku agar ia takpernah merasakan luka cinta sedikitpun. Ah menanggung luka cinta, apa sulitnya bagiku? pun bahkan jika boleh, luka cinta yang dia punya akan aku tanggung serta. Aku tak pernah membencinya, sungguh. Hanya saja aku harus menghindarinya, iya mengindari – menumbuhkan harapanku yang tak dia harapkan dan menghindari – sesuatu yang dia hindari.
Kepadamu, terima kasih pernah mencintaiku. Jika waktu bisa terulang, hal yang tak pernah kusesali adalah jatuh cinta lagi padamu ~
Hiduplah dengan baik dan sehat, tentang apapun yang tertulis olehku dimanapun itu, maaf karena aku tak cukup baik menyembunyikan perasaanku, semoga kau bisa memakluminya, anggaplah itu hanya seling hidup bahwa aku pernah ada dihidupmu. Ku slalu mendoakan kebahagiaanmu dan tentu kepada siapapun perempuan beruntung yang kini di sisimu.
Satu hal lagi — maaf, karena terkadang, walau seberapa kuat kutahan tak menulismu dalam doaku. Aku tak bisa menahannya
CIKOT YOU LOVE ME <3
CIKOT YOU LOVE ME <3
Comments
Post a Comment